MENYUSUN NASKAH TEATER
MENYUSUN NASKAH TEATER
AUTOR : NENO SUHARTINI
EDITOR : M. HILMAN SULAEMAN
A. NASKAH
TEKNIK PENYUSUNAN
Tehnik penyusunan adalah
cara menyusun naskah. Adapun langkah-langkah dalam teknik penyusunan naskah
adalah sebagai berikut
1.
Memilih
materi
Dalam
penyusunan naskah teater, pertama yang harus dilakukan adalah memilih materi
yang akan diangkat ke dalam karya teater. Jika yang diangkat cerita tradisi
maka cerita-cerita masa lampau dipilih dan digali sebagai materi atau bahan.
Misalnya legenda atau cerita rakyat yang
ada disekitar daerah setempat, Sangkuriang dan Tangkuban Perahu dari daerah
Jawa Barat.
2.
Menentukan
premis
/ tema, premis merupakan ide awal, ide pusat, emosi dasar yang
dirumuskan secara singkat. Premis juga dapat dikatakan sebagai dasar
pertimbangan saat memilih dan mengembangkan cerita. Premis dan tema memiliki
maksud yang sama akan tetapi agak berbeda jangkauannya. Tema adalah keseluruhan
cerita dan kejadian serta aspek-aspeknya dari sejumlah kejadian yang ada untuk
dijadikan dasar lakonnya. Jadi sebelum menentukan dan merumuskan premis,
terlebih dahulu tema harus ditentukan sesuai dengan materi yang diangkat.
Tema di dalam cerita tidak dinyatakan
secara langsung. Seringkali disajikan secara terselubung atau rincian yang
terkandung di dalam plot.
Tema yang paling sering digunakan dan
ditemukan;
- Kekuatan & Kejahatan
- Kekeluargaan
- Cinta & Sakit Hati
- Kriminal & Hukuman
- Kejiwaan
- Kepribadian & Bermasyarakat
- Penemuan Jati Diri & Harapan
- Ketakutan & Sindrom
- Pertarungan
- Persahabatan
Premis adalah atom dari
sebuah cerita. Seberapa pun panjang naskah yang kelak dibuat, semuanya berasal
dari sebuah premis cerita yang singkat. Premis cerita harus bisa menggambarkan
isi dari keseluruhan kejadian yang dialami oleh protagonis. Jadi ingat, premis
utama adalah hanya tentang protagonis dalam cerita.
Pernah membaca sekilas
cerita di belakang buku (atau yang disebut blurb)? Penasaran karena membacanya. Walaupun, ada gambaran
cerita di sana, tapi itu bukan premis yang inginkan untuk dibuat. Itu adalah
premis promosi yang disusun untuk menarik pembaca tanpa membuat bocoran, bukan
premis cerita.
Tujuan adanya premis
cerita adalah untuk panduan bagi penulis selama menulis agar tidak tersesat.
Memberikan sense of purpose bagi semua kejadian dan tindakan
tokoh. Jadi, jangan pernah menyusun premis untuk membuat penasaran pembaca.
berkeinginan untuk
membuat pembaca penasaran boleh saja, tapi —sebagai penulis—harus memahami arah
cerita yang dibuat sendiri dengan jelas dan tanpa pertanyaan. Premis
kepenulisan berbeda dari premis promosi.
Lalu, apa saja yang
menjadi unsur premis sebuah cerita?
Unsur Premis
Pada dasarnya, premis
cerita hanya berisi 4 unsur utama, semuanya harus mengenai protagonis, yaitu:
1.
Karakter: termasuk
karakterisasi dan inciting incident (kejadian awal yang
membuat protagonis harus bergerak menjalankan cerita).
2.
Tujuan
Tokoh:
hal yang ingin dicapai oleh protagonis.
3.
Halangan
Tokoh:
hal utama yang menghalangi tokoh mencapai tujuannya.
4.
Resolusi: kondisi atau situasi
terakhir yang dialami oleh protagonis. Sederhananya, apakah protagonis berhasil
atau tidak dalam mencapai tujuannya? Dalam keadaan apa?
Oleh karena itu, premis
harus bisa dibuat menjadi satu kalimat singkat yang menggambarkan keseluruhan
kejadian yang dialami tokoh, dengan rumus: nama karakter (karakterisasi
dan inciting incident) ingin (tujuan tokoh) tapi (halangan
tokoh) sehingga akhirnya (resolusi).
Contoh:
Anna (seorang anak
kelas dua SMA dengan tiga orang adik, yang ditinggal mati oleh ayahnya karena
serangan jantung) ingin (kuliah di fakultas kedokteran) tapi (tidak
punya biaya karena ibunya sekarang menjai ibu tunggal) sehingga akhirnya (menunda
mendaftar di fakultas kedokteran untuk mencari uang, dan ia menyadari bahwa ia
tetap bisa membantu orang dengan cara menjadi relawan di Yayasan Jantung Sehat).
Dari contoh di atas,
langsung jelas, ‘kan, isi ceritanya tentang apa? Jadi, sebelum menulis, ada
baiknya membangun premis secara matang untuk menguji apakah cerita memang punya
tujuan dan tidak hanya akan tersesat ke mana-mana.
Setiap kali bingung, cek kembali premis yang sudah dibuat,
apakah tiap titik plot dan adegan yang di buat sudah searah dengan premisnya?
Kalau tidak, bisa jadi sedang berputar-putar saja.
Premis adalah patokan
dalam menyusun plot. semua titik plot harus mengarahkan protagonis ke arah
resolusi, dan tiap titik menunjukkan bagaimana protagonis melewati halangannya.
Apakah premis hanya
satu dalam satu cerita? Premis utama hanya satu (untuk sang protagonis), namun
bisa jadi membutuhkan premis tambahan jika ada lebih dari satu protagonis, ada
tokoh penting lain, dan membuat alur cerita lebih dari satu (double plot, triple plot,
dst). Kalau diperlukan, bisa membuat premis-premis tambahan untuk setiap karakter
dan atau plot yang buat.
3.
Menyusun
situasi dan watak, sebelum penulisan naskah, langkah setelah perumusan premis
dan tema yaitu penyusunan situasi dan melukiskan watak tokoh yang dipilih.
Penyususnan situasi dan watak dijalin sesuai dengan premis yang terlebih dahulu
telah digariskan oleh penulis naskah. Dengan berpedoman pada premis, materi
yang telah ada disusun kemudian dilanjutkan dengan pengolahan materi.
Contoh:
Maryoso:
pejuang : tegap, tegas, rendah hati
Ahmad:
penghianat : culas, licik, emosional
Haji
Jamil: kyai sepuh : bijak, teguh pendirian
Zulaecha:
putri Kyai : penyayang, baik hati, pintar
4.
Mengolah
materi, sebelum proses penyusunan naskah, materi yang telah dipilih diolah
terlebih dahulu ke dalam bentuk dialog dan gerak/laku. Dialog dan gerak
merupakan alat untuk mengolah materi.
5.
Proses
penulisan atau penyusunan
Tujuan
utama penulisan adalah memproyeksikan interpretasi tentang kehidupan
sejelas-jelasnya dan setegas-tegasnya hingga pengalaman tokoh-tokohnya turut
dirasakan oleh penonton. Untuk mencapai tujuan ini serangkaian proses harus
dilakukan dan dijalani penulis yaitu seleksi penyesuaian kembali dan
intensifikasi.
Dalam
penyusunan naskah dramatik atau penulisan lakon, pertama-tama sebelum menjadi
naskah yang siap dipentaskan, dilakukan penyeleksian dengan cermat terhadap
macam-macam konflik yang akan diangkat dalam cerita. Elemen-elemen pengalamannya
sendiri dalam lakon yang dipilih, watak
atau karakter tokoh dan situasi yang telah disusun, serta premis yang telah
tersusun. Seleksi terhadap situasi hendaknya betul-betul cermat karena situasi
merupakan basis atau landasan perbuatan tokoh-tokoh.
Setelah
seleksi dilaksanakan, dilakukan penyusunan kembali yang merupakan langkah akhir
penyusunan naskah. Dengan cara seleksi penulis memilih konflik, premis, watak
dan situasi yang mendukung maknanya. Dengan penyusunan kembali, penulis
menciptakan penjajaran dramatik dan ketegangan. Dalam berbagai lakon, watak,
plot dan situasi bisa mirip satu sama lain. Akan tetapi makna dan kekuatan
lakon tergantung pada elemen yang diintensifkan oleh penulis. Intensifikasi
adalah pengutamaan terhadap salah satu segi sebagai pendukung utama dalam
subordinasinya dengan bagian watak dan situasinya.
B.
STRUKTUR / KERANGKA
SITUASI CERITA
Dalam
proses penulisan atau penyusunan naskah penulis harus memperhatikan struktur
bentuknya atau kerangka situasi cerita sebagai berikut:
a.
Pemaparan
atau eksposisi
Cerita
diperkenalkan agar penonton mendapat gambaran sekilas mengenai teater yang akan
ditontonnya, tujuannya agar mereka juga terlibat dalam peristiwa cerita.
Contoh:
peristiwa ini terjadi di sebuah pesantren milik Haji
Jamil. Ia memiliki satu orang putra yang bernama Ahmad dan seorang putri yang
bernama Zulaekh. Selain itu Haji Jamil memiliki seorang murid yang sudah
dianggap anak sendiri bernama Maryoso yang kini menjadi seorang tentara yang
sedang menghadapi Belanda. Namun karena sebuah kesalahpahaman terjadilah sebuah
peristiwa penghianatan hingga terjadilah perseteruan antara Maryoso dengan
Ahmad dan berakhir pada tiang gantungan.
b.
Penggawatan
atau komplikasi
Dalam
bagian persoalan-persoalan baru dalam cerita mulai muncul. Dalam penggawatan
atau komplikasi ini penulis mempertemukan protagonis dengan antagonis dan
membangun konflik
Contoh:
MARYOSO : Suruh dia diam. (kemudian Sersan masuk menghadap
Marjoso, membawa seorang tawanan, sersan diperintahkan keluar dengan segera)
AHMAD : (menunggu
dengan cemas)
MARYOSO : (menyuruh
duduk) Ahmad, kau tak apa-apa, bukan?
AHMAD : Mereka bilang,
kalau bukan kerena kau, aku sudah di satai. Terimakasih atas kebaikanmu itu.
MARYOSO : Terimakasih itu
tak perlu.
AHMAD : Baiklah, apa
yang akan kau perbuat atas diriku, perbuatlah! Kini aku tawananmu.
MARYOSO : (kata-kata itu
menyayat seakan-akan memisahkan hubungan masa lalu) Ya ............. kau
tawananku.
AHMAD : Tembaklah! Biar kau puas.
MARYOSO : (merasakan itu
sebagai sindiran yang tajam) Itu perkara nanti. Tapi aku ingin mendengarkan
dari mulutmu sendiri tentang semuanya ini.
(DIKUTIP DARI NASKAH judul FAJAR SIDIK karya EMIL
SANOSSA)
c.
Klimaks
atau krisis
Bila
ditinjau dari sudut pembaca atau penonton, klimaks merupakan puncak ketegangan
lakon. Ditinjau dari sudut konflik, sebuah klimaks merupakan titik perselisihan
paling ujung yang bisa dicapai oleh konfrontasi antara protagonis dengan
antagonis.
Contoh:
HAJI JAMIL : JANGAN! JANGAN KALIAN
SALING MEMBUNUH. KALIAN BERSAUDARA, KALIAN ADALAH ANAKKU.
MARJOSO : KALAU AKU
HARUS MATI LANTARAN PELURUNYA, PAK KYAI, AKU HARUS IKHLAS MATI UNTUK MEYAKINKAN
DIA DAN ORANG-ORANG SEPERTI DIA, BAHWA DALAM PERJUANGAN INI TIDAK HARUS DIPERHITUNGKAN
UNTUNG RUGI PERSEORANGAN. AKU IKHLAS MATI UNTUK MEYAKINKAN SEMUA ORANG, BAHWA
SEBAB YANG AKAN MENGGAGALKAN REVOLUSI INI IALAH, MANAKALA ORANG MASIH TIDAK
MELEBURKAN DIRINYA SENDIRI KE DALAM LEBURAN YANG TIDAK LAGI MENGENAL SIAPA
AYAH, SIAPA IBU, DAN SIAPA ITU SAUDARA.
HAJI JAMIL
: MARJOSO, ANAKKU, KAU TIDAK BOLEH MENGORBANKAN DIRI UNTUK MANUSIA YANG BEGINI
RENDAHNYA.
MARJOSO : KORBAN TELAH
CUKUP BANYAK, KYAI. SEORANG DEMI SEORANG KAWAN-KAWAN GUGUR LANTARAN SOAL
DENDAM-MENDENDAM INI. AKU MERASA IKUT BERSALAH JUGA KYAI (KETERANGAN INI
MELIPUTI KETIGA ORANG ITU) (AHMAD TAMPAK TAK DAPAT MENGUASAI DIRINYA, MARJOSO
MENGANGKAT PISTOLNYA, HAJI JAMIL MEMALINGKAN MUKA, SEDIH, DAN PUTUS ASA DALAM
KECEMASAN)
Angkat
pistolmu agar kau mati dengan tidak membawa dendam ke dlam kubur. Aku akan
menghitung sampai tiga kali, maka tembaklah aku dan aku akan menembakmu. (Ahmad
tidak menjawab, ia mengangkat pistolnya tapi jelas tangannya mulai gemetar.
Marjoso menatapinya dengan tenang. Jarak mereka kira-kira empat langkah
dipisahkan oleh meja, Haji Jamil berdiri di tengah-tengahnya)
HAJI
JAMIL : NAH, MULAILAH NEMBAK KALIAN BERDUA. MULAILAH MENEMBAK AHMAD, MULAILAH
MENEMBAK MARJOSO! (KEDUA-DUANYA TAK BEEGERAK, MULAI MENURUNKAN PISTOLNYA.
MARJOSO TERPAKU DIAM, KERINGAT MENGALIR DI DAHINYA) KALIAN ORANG-ORANG YANG
DIKUASAI DENDAM DAN NAFSU.
(DIKUTIP DARI NASKAH judul FAJAR SIDIK karya EMIL
SANOSSA)
d.
Peleraian
/ antiklimaks/ resolusi
Pada
bagian peleraian, dilakukan penyelesaian persoalan atau seringkali disebut
dengan falling action, pada bagian ini apakah harus sedih atau gembira. Pada
cerita tragedi intinya menggilas hal-hal yang menentang kejahatan, sedangkan
pada komedi mencabut halangan-halangan yang mencundangi kemauan baik. Peristiwa
ini disebut dengan resolusi.
Contoh:
AHMAD : (SEKONYONG-KONYONG
BERSERU DAN BERLUTUT, MENJATUHKAN BADANNYA DI MEJA DAN MENANGIS. AIR MATA MULAI
MENGUMPUL, HAJI JAMIL MENGHAMPIRI DAN KEMUDIAN KEDUA ORANG ITU, AYAH DAN ANAK
SALING BERPELUKAN DENGAN MESRANYA) AYAH! .....
HAJI
JAMIL : AHMAD ............... OH, AHMAD ......... KAU ANAKKU! KAU ANAKKU!
AHMAD : (TAK BISA
MENGUASAI DIRINYA) AYAH, MENGAPA AKU HARUS BEGINI?
HAJI
JAMIL : (MENGGELETAR) AKU SERAHKAN ENGKAU KEPADA TUHAN. SEMOGA TUHAN
MENGAMPUNI ENGKAU, AKU AMPUNI DOSAMU KEPADAKU, TETAPI DOSAMU TERHADAP ORANG
LAIN PERTANGGUNGJAWABKAN SENDIRI TERHADAP TUHANMU. ENGKAU ANAKKU. MATILAH
ENGKAU SEBAGAI ANAKKU! SEBAGAI SEORANG MUSLIM YANG MENGERTI ARTI TAUBAT,
JANGANLAH ENGKAU MENANGIS KARENA SEDIH AKAN BERPISAH DENGAN AKU, TETAPI MENANGISLAH
KARENA TELAH TERLALU BANYAK BERBUAT DOSA!
AHMAD : (DENGAN PENUH
KERAGUAN DAN PENYESALAN YANG DALAM) AYAH, ....... DI MANAKAH ADIKKU ZULAECHA?
HAJI
JAMIL : DIA DALAM KEADAAN SEHAT DAN BAIK-BAIK SAJA.
AHMAD : AYAH,
SAMPAIKAN SALAMKU PADANYA ... AGAR IA TETAP MENJADI PATRIOT BANGSA DAN PEMBELA
TANAH AIR MENGIKUTI JEJAK AYAHNYA.
MARJOSO
:
AHMAD, SAATMU SUDAH TIBA!
AHMAD : (TERSENTAK
SEKETIKA TERTEGUN MEMANDANG AYAHNYA DAN MARJOSO. DENGAN BERAT LALU MELANGKAHKAN
KAKI MENUJU KELUAR DIIKUTI OLEH MARJOSO DAN SERSAN)
(DIKUTIP DARI NASKAH judul FAJAR SIDIK karya EMIL
SANOSSA)
e.
Penyelesaian/konklusi/keputusan
Bagian akhir
lakon berfungsi mengembalikan lakon pada kemiripan keseimbangan moral, ini
merupakan keputusan, disinilah konflik berakhir. Pada teater tragedi keputusan
akhir disebut dengan catastrophe sedangkan dalam kmedi
disebut denoument.
Contoh:
HAJI JAMIL : (MENGIKUTI DENGAN
PANDANGAN PENUH ARTI, KEMUDIAN BEBERAPA SAAT TERDENGAR TEMBAKAN TIGA KALI,
PERTANDA TAMATNYA RIWAYAT AHMAD, KEMUDIAN HAJI JAMIL MELANGKAH KE TENGAH
PANGGUNG DENGAN PANDANGAN YANG DALAM DAN JAUH SEKALI) .......... TUHANKU,
INILAH PERTANDA DATANGNYA FAJAR KEMENANGAN. KEMERDEKAAN BANGSA DAN NEGARAKU.
(DIKUTIP DARI NASKAH judul FAJAR SIDIK karya EMIL
SANOSSA)
C.
STRUKTUR DRAMATIK NASKAH
Seni teater mempunyai
dua komponen penting yaitu dramatik naskah(teks dramatik) dan teks pertunjukan.
Keduanya merupakan unsur yang sangat penting dalam teks atau naskah. Teks
dramatik maupun teks pertunjukan mempunyai struktur, fungsi, arti, peran, makna
dan konteks masing-masing.
Dalam struktur dramatik
naskah menurut Elaine Aston terdapat empat unsur penting yakni
1.
Bentuk
/ wujud
Didalamnya
terdapat pengadegan, pembabakan dan pengaluran
2.
Tokoh/karakter
Ini
berbeda dengan teknik penokohan, Jika karakter adalah watak tiap-tiap tokoh,
maka teknik penokohan atau karakerisasi adalah pelukisan watak tiap-tiap tokoh.
Contoh:
Maryoso:
pejuang : tegap, tegas, rendah hati
Ahmad:
penghianat : culas, licik, emosional
Haji
Jamil: kyai sepuh : bijak, teguh pendirian
Zulaecha:
putri Kyai : penyayang, baik hati, pintar
3.
Dialog
Mencakup
baik monolog, prolog maupun epilog
Contoh
dialog:
ZULAECHA : Ayah harus berbuat begitu.
HAJI
JAMIL : (marah) Mengapa aku harus berbuat begitu, Zulaecha?
ZULAECHA
:
Karena dia adalah anakmu.
HAJI
JAMIL : Hanya karena dia anakku?
ZULAECHA : Karena dia
kini menderita, Ayah!
HAJI
JAMIL : Bagaimana dengan korban-korban yang telah tewas lantaran dia? Bisakah
mereka mengijinkan saya?
(DIKUTIP DARI NASKAH
judul FAJAR SIDIK karya EMIL SANOSSA)
4.
Petunjuk
pemanggungan
Petunjuk-petunjuk
pemanggungan, baik petunjuk pemanggungan yang berada di dalam dialog pada teks
pokok atau utama maupun petunjuk pemanggungan yang yang berada di luar dialog
teks pokok, terdapat pada teks samping ataupun tambahan.
Adapun
teks pertunjukan meliputi komponen-komponen antara lain sutradara, pemain ,
tata panggung, tata properti, tata dekor, tata cahaya, tata suara, tata musik,
tata rias busana dan penonton. Teks dramatik disebut mikrostruktur, sedangkan teks
pertunjukan disebut makrostruktur. Baik buruknya sebuah pertunjukan tergantung
pada naskah lakon atau naskah dramatic, dan kepiawaian sutradara beserta para
pekerja tetaer lainnya yang melakukan proses kreatif seni dalam decoding,
pemahaman, pemberian makna, penggarapan dan proses pementasan.
Contoh:
Sebuah markas gerilya, terlihat sebuah ruangan, satu
pintu, satu jendela sel, meja tulis dan dua kursi dan satu bangku, peti mesiu,
helm dan ransel tergantung.
Suasana:
malam hari, keadaan sepi, tegang, jauh-jauh masih terdengar letusan tembakan
dan iring musik sayup-sayup instrumental Gugur Bunga, kemudian muncul Marjoso
membawa surat, kemudian duduk membaca. Muncul seorang sersan.
MARYOSO: ( mengernakan baju tentara, memegang
tongkat komando, berdiri dengan gelisah, sesekali melihat kea rah bendera merah
putih yang terpasang di sisi kanan meja)(DIKUTIP DARI NASKAH judul FAJAR SIDIK
karya EMIL SANOSSA)
Komentar
Posting Komentar