AZAS – AZAS AKTING
Oleh : Neno Suhartini,M.Sn
Hilman Sulaeman, S.Pd
Salah satu keberhasilan dari sebuah
pertunjukan teater sebagai penentu kesuksesan adalah aktor atau pemain. Oleh
sebab itu seorang aktor harus menguasai teknik bermain dengan baik sehingga
dalam berperan sesuai dengan karakter yang dimainkan. Peran tersebut harus sesuai
dengan naskah yang dibawakan.
Dengan menguasai teknik-teknik akting,
permainan seorang aktor dapat menimbulkan daya tarik bagi penonton. Menguasai
perannya dengan baik dengan teknik yang benar, bagus, jitu, memikat dan terukur
menjadi landasan keberhasilan seorang aktor.
Akting merupkan hasil kerja keras
seorang aktor yang ditempa selama proses berkarya dengan latihan-latihan yang
disiplin. Beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang aktor antara lain pengendalian
diri agar ia bisa berperan sesuai dengan takaran. Berikut adalah beberapa azas-
azas dalam berakting yang harus diperhatikan.
A. Azas
pengendalian
Jika seorang aktor berhadapan
dengan peran yang akan dimainkan maka ia harus melebur luluh dalam penghayatan,
dibawakan dengan penuh penjiwaan menyatu dengan karakter yang dimainkan. Akan
tetapi kesadarannya tetap harus terjaga karena sesungguhnya akting yang
dibawakan hanyalah sebuah ilusi peran semata dan bukan hal yang sebenarnya.
Tugas seorang pemain harus
mampu memberi keyakinan kepada penonton jika peran yang dibawakannya meskipun
tidak nyata (ilusi) akan terlihat
menjadi nyata atau natural.
Contoh: seorang
pemain sedang berdialog dengan penuh amarah hingga matanya melotot, gerahamnya
tertarik dan tangannya menunjuk kearah penonton, ia melakukannya karena peran
menuntutnya untuk melakukan hal tersebut sesuai naskah namun kesadarannya tetap
terjaga. Sesungguhnya ia tidak marah atau benar2 marah akan tetapi seolah-olah
marah. Penghayatan batin yang ia lakukan dibantu oleh beberapa hal seperti
gesture, mimik, properti dan blocking sehingga sajian visual menjadi bagus dan
terlihat seperti natural.
Intinya bahwa apapun peran
yang sedang dibawakan maka seorang aktor tetap harus menjaga kesadaran emosi
dan batinnya agar tidak terjadi lepas kendali.
seorang aktor berhadapan dengan
peran yang akan dimainkan maka ia harus melebur luluh dalam penghayatan,
dibawakan dengan penuh penjiwaan menyatu dengan karakter yang dimainkan
B. Azas
Keutuhan
Azas keutuhan erat kaitannya
dengan prinsip kerja sama. Seni teater merupakan salah satu seni pertunjukan kolektif ( tari, gerak, musik, vokal, rias,
busana dll )di mana keberhasialan tergantung pada kerjasama. Keutuhan yang
dimaksud di sini adalah menyelesaikan berbagai komponen dengan prinsip kera jsama.
Seorang aktor tidak boleh egois dan menang sendiri seolah-olah keberhasilan
pementasan karena kemampuannya seorang. Keberhasilan pementasan itu harsu
sepaham karena kerjasama yang baik antara sutradara, penata rias, penata
busana, penata artistik, aktor dan pendudkung lainnya. Kerja sama yang dilakukan
harus dalam satu garis keinginan yakni sukses dalam pentas.
Gambar 2: pertunjukan
ILAGALIGO ASEKKU di Teater Indonesia Kaya
Sebuah karya adaptasi dari
sastra kuno ILAGALIGO dari
Sulawesi Selatan. Naskah ini
merupakan naskah terpanjang
Di dunia.
Catatan: pertunjukan drama
ILAGALIGO ASEKKU yang di mainkan oleh banyak orang tidak akan berhasil
tanpa dukungan kerja sama yang baik diantara pemain
C. Azas
Kerapihan
Seni menuntut kerja artistik
dan estetik yang rapih, tidak boleh pontang panting, semrawut, rancu. Semua hal
harsus tersusun dengan rapih. Kerapihan tersebut datang dari berbagai sumber yakni
1.
Diri
sendiri
Kemampuan
menelaah kepiawaian dalam berlakon, menguasai setiap materi yang diberikan.
Menguasai dengan lugas semua mekanisme media tubuh baik secara lahir maupun
batin. Seorang aktor harus mengenali betul kemampuan dirinya baik kelebihan
maupun kekurangan agar selanjutnya mampu mengolah dirinya dengan baik dan
memanfaatkan sebaik-baiknya untuk berlakon.
Jadi
seorang aktor harus menyadari seberapa kualitas dirinya dalam suara, penjiwaan,
bloking, indra pendengaran, estetik, kerjasama dll.
2.
Lingkungan
Lingkungan
yang dimaksud tentu lingkungan teater atau keluarga besar produksi di mana
semua pribadi terlibat dalam sebuah pementasan. Semua yang terlibat menjadi
satu kesatuan kolektif yang saling memotivasi dan saling mempengaruhi terhadap
kerja kreatif teater. Semua dalam satu tujuan yaitu pertunjukan yang sukses. Lingkungan
yang dimaksud yakni pemain, sutradara, para penata artistik, tim manajemen,
bagian produksi hingga para crew, pengurus gedung, tim keamanan termasuk
lembaga yang menaunginya (sekolah, sanggar, kelompok seni).
3.
Penonton
Penonton
merupakan orang yang mengapresiasi sebuah karya teater. Penonton hadir bisa
karena undangan atau karena kesadaran dengan membeli ticket yang
disediakan. Kehadiran penonton menjadi
sangat penting dan melengkapi unsur teater. Tanpa adanya penonton sebuah
pertunjukan bisa dikatakan gagal, jadi penonton merupakan dorongan atau
pengaruh yang paling besar terhadap kerja aktor. Beberapa fungsi penonton:
a.
Penonton
Sebagai kritikus, ditangan merekalah kerja kreatif pekerja teater diuji
kemampuan dan pengetahuan dalam pemanggungan. Penonton kritik biasanya akan
bertindak mengkritisi pertunjukan, menganalisa, menilai setiap unsur tetaer
yang dilakonkan misalnya menilai tentang keaktoran, naskah,
penyutradaraan,artistik, rias, kostum, musik dll. Kelompok ini biasanya usai
pagelaran akan menggelar diskusi untuk mengkritisi nilai-nilai artistik bahkan
sebagian ada yang mengulas untuk surat kabar.
b.
Penonton
sebagai donatur, kehadiran mereka erat hubungannya dengan manajemen di mana mereka
turut dalam support pendanaan. Bisa juga dengan cara membeli ticket yang
tersedia tentu dengan harga yang berbeda dengan penonton biasa.
c.
Penonton
yang memiliki ikatan emosional misalnya alumni, keluarga, mereka hadir dalam
pertunjukan karena memiliki ikatan emosional baik dengan dunia teater maupun
dengan personal atau individu pemain dan pendukung pertunjukan.
d.
Penonton
yang memanfaatkan pertunjukan sebagai media hiburan, mereka hadir dalam sebuah
pertunjukan karena untuk mencari hiburan atau rekreatif
D.
Azas Pendalaman
Pendalaman seorang aktor
dalam berlakon bisa tercapai apabila dalam persiapan ia mengasah akal budi
mampu membuka pikiran dan mengasah hati dan rasa. Untuk dapat menciptakan
tingkat permaianan yang jitu dan mengesankan seorang aktor harus memperhatikan
empat wawasan berikut:
1.
Wawasan
verbal
Sebuah
naskah akan diinterpretasikan oleh seorang pemain. Seorang pemain harus
memiliki wawasan verbal berupa kata-kata. Meskipun dalam sebuah naskah dialog
sudah tertera dibuat oleh seprang pengarang atau penulis naskah akan tetapi
seorang pemain harus mampu menginterpretasikan dialog tesebut dengan kata-kata
yang pas selama tidak mengubah makna. Kedudukan pengarang tetap berdaulat akan
tetapi pemainlah yang harus memberikan penafsiran hidup pada kedaulatan naskah.
2.
Wawasan
Emosional
Emosi
perlu dikuasai, perlu diseleksi dalam wadah ingatan dan disusun kembali dalam
tampilan akting. Proses semacam ini sebangun dengan azas pendalaman yakni
tentang membebaskan hati terhadap perasaan untuk bahan-bahan mengelola ilham
atau ide. Yang perlu ditegaskan adalah kepekaan sumber ilham yang terdiri dari
dua tatanan yang bertautan yaitu kepekaan yang rendah dan kepekaan yang tinggi.
Yang dimaksud dengan kepekaan yang rendah adalah perasaan indra dan perasaan
naluri, sedangklan kepekaan tinggi mencakup etis, estetis, teologis dan
intelektual.
3.
Wawasan
Intelektual
Segala
bentuk kebudayaan dapat ditemukan dalam panggung teater. Dalam bidang teknologi
kita berhadapan dengan arsitektur gedung dan peralatan listrik pada lampu,
sedang dibidang ekonomi kita berhadapan dengan manajemen pertunjukan. Akting
berpapasan dengan psikologi, sosiologi, sejarah, filsafat, dan lain-lain. Oleh karena itu wawasan intelektual
bersifat analitis artinya masalah inteleketual penjabarannya bisa teoritis bisa
juga praktis. Jabaran teoritis adalah bagaimana kecerdasan mencipta itu
terselenggara dalam diri sedangkan jabaran praktis bersifat eksekutif yaitu
cara melakukan sesuatu dengan cerdas.
4.
Wawasan
Fisikal
Akting
diperhitungkan dengan semangat dan gerak-gerak visual, terutama bagian luar
dari perasaan atau emosi. Tubuh adalah peraga yang menentukan gambar-gambar
hidup.
QUOTE
-
Dengan kreativitas hidup tidak
akan pernah mati gaya ( Neno Suhartini )
-
Hidup akan lebih indah, jika
dipadukan selalu dengan seni ( NHO )
Marilah kita bergembira.
Ingatlah bahwa kemalangan yang paling sulit ditanggung adalah yang tidak pernah
menimpa kita ( James Russel Lowell)
Komentar
Posting Komentar